Mari sebut kejadian dalam cerita ini; ‘repetitive’ . Hal yang terjadi lagi dan lagi, kisah yang sama terulang, dengan subject manusia yang sama. Like a circle, it's just how it is. Sudah terjadi berkali-kali dan aku berkali-kali juga harus merasakan ini. Perasaan yang sempat ada, stay, dan pergi. Setelah pergi, ia ada lagi, stay….namun entah akan disitu berapa lama. “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”, sebuah pribahasa yang setiap hari ku putar ulang dalam pikiran layaknya lagu favorite di spotify urutan ter-atas. Tak sepatutnya kita melihat orang dari kesalahan kecil yang menghapus kebaikannya selama ini. Ya, ku sadar akan itu. Tapi aku hanyalah manusia biasa, ego besar masih disitu, kesabaran masih perlu diasah, Ia membuatku bingung. "Hadapi dengan tenang, jangan sampai kamu lost" - kata seseorang yang peduli padaku. Kini, ku harus selamatkan diriku (lagi). Entah aku sedang melawan, atau mungkin sekarang sedang cari pembenar...
“ Dunia ini jauh lebih luas dari yang kau bayangkan, sayang jika kau tidak menjelajahinya dan membagikannya kepada orang lain. ” Siapa yg setuju dengan peryataan diatas? Ya, aku salah satunya! Untuk itu, ini aku bagikan pengalamanku pulang kampung ke Waingapu, yang terletak di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Setelah 16 tahun yang lalu, terakhir kali aku mengunjungi daerah ini tahun 2002, banyak perubahan yang terjadi. Makin maju, ramai, dan banyak pemandangan indah yang sayang untuk tidak di kunjungi. "Makan kerbau di tengah pulau, Waw.. aku terpukau." Mungkin itu pantun yang mewakili perasaanku setibanya di daerah ini. 25 Desember 2018, 09.50 am, kami sekeluarga berangkat dari Bali ke Waingapu melalui jalur udara. Kami naik pesawat ATR, kalau kalian tau which is itu yang baling2 nya bisa kalian lihat dari jendela pesawat, hanya ada 2 tempat duduk satu barisnya. Nah itu, kami naik itu. Pujituhan, setelah melalui turbule...